LENSATIMOR.COM, KENDARI – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) melalui Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) matangkan persiapan jelang pelaksanaan Jambore Tangguh Bencana 2025 di Kabupaten Kolaka Timur.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sultra, Muhammad Yusup mengungkapkan bahwa pihaknya kini mulai melakukan persiapan administrasi dan koordinasi kepada seluruh kabupaten kota yang ada di Bumi Anoa. Pasalnya kegiatan bakal dilaksanakan 19 sampai dengan 21 April 2025.
“Utamanya terkait lokasi yang ditetapkan karena ada beberapa pilihan. Pada prinsipnya mereka (Pemda Koltim, red) siap hanya kita harus pastikan kesiapannya. Semua kepala daerah, kepala BPBD, tokoh masyarakat, TNI/Polri, media dan LSM pemerhati bencana akan ikut kegiatan ini,” terang Yusup, Senin (10/3).
Menurut mantan Pj Wali Kota Kendari, kegiatan Jambore Tangguh Bencana sangatlah penting bagaimana meningkatkan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana.
“Ini salah satu program inovatif Pak Gubernur. Dirinya berharap masyarakat paham bagaimana kalau menghadapi bencana, kalau terjadi apa yang harus dilakukan. Kebanyakan kita lihat banyak korban jiwa karena masyarakat tidak paham bagaimana melakukan penyelamantan, ini yang harus diedukasi paling tidak meminimalisir yang namanya resiko, baik korban jiwa maupun materi,” ungkap Yusup.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Drs. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D., dalam memimpin rapat koordinasi persiapan Jambore Tangguh Bencana 2025 yang berlangsung di Ruang Pola Kantor Gubernur Sultra, Jumat, 7 Maret menegaskan bahwa Jambore Tangguh Bencana 2025 merupakan salah satu inovasi dalam program Quick Win 100 Hari Kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra, ASR-Hugua.
“Kegiatan ini sangat penting dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana. Oleh karena itu, berbagai pemangku kepentingan, termasuk Basarnas dan BPBD, akan berperan dalam simulasi dan pelatihan tanggap darurat,” ujar Asrun.
Jambore ini akan berlangsung selama tiga hari di Kabupaten Kolaka Timur, yang dipilih sebagai lokasi karena mengalami lebih dari 300 kali guncangan.
“Kami ingin mengedukasi masyarakat agar lebih tanggap terhadap situasi darurat. Risiko bencana dapat dikurangi jika masyarakat memahami langkah-langkah penanggulangannya,” tambah Asrun.
Laporan : Redaksi